Arsip Kategori: Books

Codex ( Konspirasi jahat di atas meja makan kita )

Sebuah buku yang sangat tidak menarik untuk di baca. Berisi berbagai macam ilmu pengetahuan yang (mungkin) baru bagi anda.

Buku ini terlalu berbahaya bagi anda yang tidak doyan baca. Tapi akan menjadi sebuah pencerahan bagi mereka yang selalu haus akan wawasan.

– Dan Allah tidak pernah membiarkan diri kita untuk terus-menerus larut dalam kumbangan kebodohan. Hanya saja kita nya lah yang malas untuk mencari tau dan menjadi pintar –

Biola Tak Berdawai

K

Biola tak berdawai. Sebuah novel yang di tulis oleh Seno Gumira Ajidarma. Novel ini merupakan hasil adaptasi dari film dengan judul yang sama. Film Biola Tak Berdawai sendiri merupakan karya dari Sekar Ayu Asmara. Cerita dari film maupun novel ini bercerita tentang Dewa seorang anak tunadaksa yang dititipkan oleh ibunya di panti asuhan bernama Rumah Asuh Ibu Sejati. Panti asuhan ini dikelola oleh dua orang wanita bernama Renjani dan Mbak Wid. Di pantai asuhan ini banyak sekali terdapat anak-anak yang mempunyai lebih dari satu cacat. Tunadaksa berasal dari kata Tuna dan Daksa. Tuna berarti cacat serta daksa berarti tubuh, pengertian tunadaksa adalah sbb: kelainan yang meliputi cacat tubuh atau kerusakan tubuh kelainan atau kerusakan pada fisik dan kesehatan. Kelainan atau kerusakan yang disebabkan oleh kerusakan otak dan saraf tulang belakang.

Di ceritakan banyak sekali orang tua yang membuang atau menitipkan bayinya yang mempunyai cacat pada bagian tubuhnya kepada panti asuhan ibu sejati. Dengan alasan bahwa bayi yang terlahir demikian merupakan kutukan dan di percaya kutukan tersebut akan kena pada masyarakat sekitar tempat bayi tersebut berada. Ada juga orang tua yang dengan sengaja membuang bayi tunadaksa dengan alasan anak yang mereka punya terlalu banyak sehingga mereka tidak akan sanggup untuk merawatnya. Atau yang lebih ironis lagi orang tua mereka tidak menghendaki mereka lahir ke dunia karna mereka terlahir ke dunia ini hasil perselingkuhan.

Kontradiktif memang, ketika ada orang tua yang sangat mengidam-idamkan kehadiran seorang anak di tengah keluarga mereka tapi belum juga di karunia seorang anak.

Anak tunadaksa biasanya hidup tidak lama. Sampai umur 5 tahun biasanya mereka sudah di panggil kembali oleh Sang Pencipta. Tapi Dewa lain, sampai umurnya menginjak 8 tahun ia masih saja tetap hidup. Ibu Renjani sangat menyayangi Dewa, Dewa sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri. Walaupun Dewa tidak bisa berbicara, tidak bisa menggerakan anggota tubuhnya, dan hanya bisa menatap langit-langit rumah tetapi Renjani selalu saja mengajak Dewa berbicara. Menurut Renjani walaupun fisik Dewa cacat tetapi jiwa Dewa tidak lah cacat.

Moral of the story :
Menarik sekali membaca novel ini. Novel ini sangat mengispirasi penulis bahwa kita seharusnya bersyukur kepada Sang Pencipta bahwa kita di lahirkan ke dunia dengan di bekali tubuh yang berfungsi normal. Meskipun tubuh kita tidak menunjang (cacat) tapi jiwa kita tetap hidup.

M-W-M

Karena Kata adalah Senjata

Kata adalah Senjata

Dalam keheningan orang-orang adat ini melihat dan dilihat. Dalam keheningan mereka merasa angin dari bawah sedang bertiup. Dalam keheningan orang-orang adat ini tahu…

Banyak yang bilang, nuklir adalah senjata paling mematikan di dunia. Kekuatan dan dampaknya dapat menghancurkan dunia beserta isinya. Namun, hal ini tak berlaku bagi para pemberontak EZLN. Senjata paling mematikan bagi mereka adalah kata-kata. Dengan kata, dunia yang ada saat ini tercipta. Segala sesuatu ada karena kata. Dengan kata, pengetahuan seseorang dapat terisi. Seperti yang diutarakan filsuf Perancis, Michael Foucault, power is knowledge. Hal ini juga ditegaskan Subcomandante Marcos, senjata utama mereka adalah kata yang bisa mengubah dunia berserta isinya. “Kata adalah senjata,” tegasnya. (http://politik.kompasiana.com/2011/01/22/subcomandante-marcos-topeng-perlawanan/)

Dia lah Subcomandante Marcos, tokoh pejuang kemerdekaan di daerah Mexico. Di sela-sela kesibukannya dalam berjuang dia masih menyempatkan diri untuk membaca. Hebat.

Setelah saya selami arti dari kata-kata yang beliau ucapkan ternyata ada benarnya juga. Berawal dari membaca beberapa review novel “test pack” karya Ninit Yunita saya menemukan fakta bahwa kata adalah senjata. Saya mempunyai asumsi, beberapa orang yang telah terinspirasi oleh novel karya mbak ninit. Hal ini di tunjukan dengan semakin banyaknya kaum wanita ( khususnya lajang ) yang berkeinginan untuk segera menikah dan mempunyai anak.

Seorang sahabat pernah berkata, bahwa “sebuah buku itu bila ibaratkan bagaikan sebuah pisau”. Dia menyayat diri kita secara perlahan-lahan. Lantas bagaimana caranya kita untuk menangkisnya ? Diskusi. Muntahkan lah hasil bacaan yang telah kita baca dengan teman kita. Bahasa kerennya mah sharing or brainstroming. Selain untuk meminimalisir sayatan, brainstroming juga berguna untuk melekatkan maksud dan pesan dari buku yang telah kita baca pada otak. Bila ada termasuk readingholic maka seimbangkan lah dengan diskusiholic.

Agar tercipta keseimbangan dalam diri kita. Segala sesuatu yang seimbang itu indah bukan, seperti halnya dunia ini. Ada orang baik tentu akan ada orang jahat. Ada kebenaran pasti akan ada kebatilan. Ada kesejahteraan pasti ada kesenjangan.

Dunia bergerak dengan sangat cepat sampai-sampai kita tak dapat mengejarnya. Maka seimbangkan lah langkah kita agar tidak tertinggal. Diperlukan kesadaran, kesabaran, dan perjuangan.

Kesadaran memaksa kita untuk tetap terjaga.
Kesabaran membuat kita agar tetap melangkah ditengah gelombang topan dan badai permasalahan.
Perjuangan adalah proses menggapi apa yang kita cita-cita kan.

Berikut, sebuah senjata yang akan saya gunakan untuk menutup artikel ini

kesadaran adalah matahari,
kesabaran adalah bumi,
keberanian menjadi cakrawala,
dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata

(W.S RENDRA)

M-W-M