Kata adalah Senjata
Dalam keheningan orang-orang adat ini melihat dan dilihat. Dalam keheningan mereka merasa angin dari bawah sedang bertiup. Dalam keheningan orang-orang adat ini tahu…
Banyak yang bilang, nuklir adalah senjata paling mematikan di dunia. Kekuatan dan dampaknya dapat menghancurkan dunia beserta isinya. Namun, hal ini tak berlaku bagi para pemberontak EZLN. Senjata paling mematikan bagi mereka adalah kata-kata. Dengan kata, dunia yang ada saat ini tercipta. Segala sesuatu ada karena kata. Dengan kata, pengetahuan seseorang dapat terisi. Seperti yang diutarakan filsuf Perancis, Michael Foucault, power is knowledge. Hal ini juga ditegaskan Subcomandante Marcos, senjata utama mereka adalah kata yang bisa mengubah dunia berserta isinya. “Kata adalah senjata,” tegasnya. (http://politik.kompasiana.com/2011/01/22/subcomandante-marcos-topeng-perlawanan/)
Dia lah Subcomandante Marcos, tokoh pejuang kemerdekaan di daerah Mexico. Di sela-sela kesibukannya dalam berjuang dia masih menyempatkan diri untuk membaca. Hebat.
Setelah saya selami arti dari kata-kata yang beliau ucapkan ternyata ada benarnya juga. Berawal dari membaca beberapa review novel “test pack” karya Ninit Yunita saya menemukan fakta bahwa kata adalah senjata. Saya mempunyai asumsi, beberapa orang yang telah terinspirasi oleh novel karya mbak ninit. Hal ini di tunjukan dengan semakin banyaknya kaum wanita ( khususnya lajang ) yang berkeinginan untuk segera menikah dan mempunyai anak.
Seorang sahabat pernah berkata, bahwa “sebuah buku itu bila ibaratkan bagaikan sebuah pisau”. Dia menyayat diri kita secara perlahan-lahan. Lantas bagaimana caranya kita untuk menangkisnya ? Diskusi. Muntahkan lah hasil bacaan yang telah kita baca dengan teman kita. Bahasa kerennya mah sharing or brainstroming. Selain untuk meminimalisir sayatan, brainstroming juga berguna untuk melekatkan maksud dan pesan dari buku yang telah kita baca pada otak. Bila ada termasuk readingholic maka seimbangkan lah dengan diskusiholic.
Agar tercipta keseimbangan dalam diri kita. Segala sesuatu yang seimbang itu indah bukan, seperti halnya dunia ini. Ada orang baik tentu akan ada orang jahat. Ada kebenaran pasti akan ada kebatilan. Ada kesejahteraan pasti ada kesenjangan.
Dunia bergerak dengan sangat cepat sampai-sampai kita tak dapat mengejarnya. Maka seimbangkan lah langkah kita agar tidak tertinggal. Diperlukan kesadaran, kesabaran, dan perjuangan.
Kesadaran memaksa kita untuk tetap terjaga.
Kesabaran membuat kita agar tetap melangkah ditengah gelombang topan dan badai permasalahan.
Perjuangan adalah proses menggapi apa yang kita cita-cita kan.
Berikut, sebuah senjata yang akan saya gunakan untuk menutup artikel ini
kesadaran adalah matahari,
kesabaran adalah bumi,
keberanian menjadi cakrawala,
dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata
(W.S RENDRA)
M-W-M